Sabtu, 11 Februari 2017

LP2M IAIN Jember Kembangkan Sistem Informasi Desa

Petakan Potensi Semua Data Penting Bisa Diketahui



 Sebagian orang menganggap sistem informasi desa hanya berupa website yang berisi informasi desa. Padahal, hal itu hanya salah satu komponen. Yang terpenting dalam sistem informasi desa adalah dana yang menjadi acuan pengembangan desa.
BAGUS SUPRIADI, Jember
    PETA tiga dimensi kantor Lembaga Penelitian dan Pengabdian masyarakat (LP2M) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jember merupakan kawasan Dusun Barat Sawah, Desa Rowosari, Sumberjambe. Dalam peta tersebut terlihat daerah pemukiman warga, perkebunan, sawah, dan yang lainnya. Lahan  perkebunan, misalnya, ditandai pepohonan dan area persawahan diberi warna hijau.

    Namun, ketika melihat peta dusun. Misalnya, jumlah penduduk, luas lahan pertanian dan perkebunan, serta rumah warga lengkap dengan fotonya. "Ketika kita klik rumah yang diberi tanda kuning, maka akan muncul nama pemiliknya," kata Nukman Hakim, pengembang sistem informasi desa. Demikian pula ketika diklik kotak warna merah, maka akan terlihat tanah petani yang sudah jadi milik orang luar. Selain itu, banyak informasi lain yang tersedia di peta versi digital tersebut.

    Sistem informasi desa itu dikembangkan seiring diberlakukannya Undang-Undang Desa.Tak Semua Kaddes Siap Desanya Didata  Sebab, selama ini selalu sistem informasi desa selalu diterjemahkan hanya berupa website. "Uang isinya hanya tentang desa dan kurang substansif," ucapnya.
    Padahal, kata Nukman, sistem informasi desa mencangkup banyak hal yang bisa menjadi data utama kemajuan desa. Karena, potensi desa sudah dipetakan, misal daerah yang rentan bencana atau penyakit bisa ditemukan.
    Untuk itulah, tim dari LP2M mencoba mengembangkan sistem informasi desa di dusun barat sawah. Mereka melakukan pendataan dusun dengan mengukur ulang l;uas dusun tersebut. "Jadi kami keliling dusun untuk mengukurnya melalui GPS," tuturnya.
    Desa Rowosari dipilih karena selalu ditempati kegiatan IAIN Jember. Kedekatan dengan warga sekitar dan perangkat sudah terbangun. Sehingga memudahkan mereka untuk melakukan koordinasi.
    Selesai mengukur denah, mereka mulai melakukan survei. Yakni meneliti semua potensi dusun. Caranya dengan meminta masyarakat mengisi kolom yang di sediakan. Seperti kolom pekerjaan, penghasilan, pengeluaran, dan dan lainnya. "Semua masuk dalam penelitian itu, mulai dari kesehatan, pendidikan, ekonomi dan lainnya," terangnya.
    Diakuinya, tak mudah melakukan proses penelitian isi sistem informasi desa. Karena harus mampu meyakinkan masyarakat sekitar, terutama perangkat desa. "Tidak semua aparatur desa mau didata desanya," aku Nukman.
    Hasil daripenelitian itulah yang akan dijadikan data di sistem informasi desa. Salah satu hasil yang diperoleh, banyak tanah di dusun barat sawah dimiliki oleh orang luar. Kemudian, anggaran kebutuhan primer warga lebih tinggi dari kebutuhan pokok. Misalnya, belanja pulsa masyarakat lebih banyak daripada belanja beras.
    Menariknya, setelah di launching, masyarakat baru mengetahui jika banyak informasi penting tentang desanya yang tidak diketahui. Misalnya, tentang tanah yang semakin habis atau hasil panen yang selalu tidak cukup dengan kebutuhan.
    Sementara itu, Kepala LP2M IAIN Jember Muhibin menambahkan, desa saat ini masih rapuh. Sebab, tidak ada regulasi yang melindunginya. Tak heran, jika banyak tanah di desa yang dimiliki oleh orangluar. "Kalau  sistem informasi desa ini diterapkan, masyarakat akan sadar tentang potensi desa masing-masing," paparnya.
    Dia menyebut istilah yang dipakai dalam pengembangan sistem informasi desa ini dengan socialware. Yakni, kesadaran masyarakat tentang potensi desanya sendiri. Karena, jika semua potensi sudah dipetankan, hal itu akan membantu warga sekitar dan pemerintah kabupaten.
    Diakuinya, LP2M IAIN Jember bakal terya melakukan pengembangan sistem informasi desa. NAmun, kendala yang dihadapi untuk meyakinkan masyarakat dan aparat desa tentang hal itu. Sehingga, masih fokus di dusun lain di Desa Rowosari. "Idealnya, satu desa bisa dilakukannya selam tiga bulan," ujarnya.
    Muhibbudin menambahkan, jika semua desa memiliki sistem informasi desa yang lengkap, desa akan mandiri dan berkembang. "Selama ini tidak ada desa yang memiliki data lengkap tentang potensinya," pungkasnya. (c1/har)




Sumber : Jawa Pos - Radar Jember,20 Juni 2016
Ditulis kembali oleh : nbl

Tidak ada komentar:

Posting Komentar