Jika Bingung Bahasa Terpaksa Pakai Bahasa Isyarat
Mengajar bukanlah hal mudah,Apalagi jika ngajarnya dengan bahasa yang beda.Inilah yang dirasakan Erina Prestika Yuli dan empat mahasiswa lainnya,saat mendapatkan kesempatan jadi 'guru'selama Lima bulan di Thailand Selatan.RANGGA MAHARDIKA,Jember
"KESAN pertama saat saya menginjakkan kaki di Negeri Gajah Putih sangat memperhatikan,"kata Erina Prestika Yuli,mahasiswa Unmuh Jember yang mengikuti program magang di Thailand Selatan ini.Dia memang salah satu mahasiswi yang ikut program Magang dan PPL sebagai Duta Perguruan Tinggi Indonesia.Erina mewakili kampus bersama dengan lima teman lain dari Unmuh Jember.Total,ada 91 mahasiswa magang dan PPL,dari Indonesia.
Mereka lolos ikut seleksi calon mahasiswa Magang dan PPl.Thailand Selatan berada di bawah koordinasi Southern Boorder Provinces Administrative Center(SBPAC)Thailand dan Konsulat Jendral Indonesia di Songkhala-Thailand.
Para mahasiswa itu ditempatkan di beberapa wilayah seperti Naratiwati,Yala,Pattani,Songkhala,Trang,
Ramai Telepon usai Salat ID di Kantor Konsulat RI
panga,dan krabi yang merupakan daerah konflik di Thailand Selatan.Menuju lokasi juga penuh perjuangan.Karena untuk sampai ke Thailand,mereka harus melalui jalur darat,yakni naik bus dari Bandara International Kuala Lumpur.
sepanjang perjalanan di Thailand khususnya tiga wilayah konflik berkepanjangan yakni, Naratiwath,Yala,dan Pattani,mereka temui Askar(sebutan untuk tentara Thailand).Tentara ini ada di setiap 1 Kilometer."Benar-benar sangat menegangkan.Saya tidak tahu mengapa penjagaan begitu ketat,"ucapnya.
Menjalani hari-hari sebagai warga Thailand tidaklah mudah karena dirinya harus mempelajari bahasa dan budaya adat istiadat mereka."Salah satu gal tersulit adalah bahasa.Saya sebagai pengajar di sekolah Thailand sangat buta dengan Bahasa Thailand,"jelasnya.
Namun karena di daerah Yala tidaj jauh dari Malaysia,Unsur bahasa Melayu masih sedikit ada.Kemiripan Bahasa Melayu dan Bahasa Indonesia ini sedikit membantu dalam hal berkomunikasi.
Dia menjelaskan,jika masyarakat Thailand sangat ramah pada orang baru yang memasuki wilayah mereka."Namun kurang peka terhadap apa yang kita butuhkan,"terangnya.Jika terjadi miss-komunikasi,dirinya biasanya menggerakkan anggota tubuh untuk menggunakan bahasa isyarat.
Selain itu,juga sangat sulit menyesuaikan makanan Thailand dengan lidah Indonesia."hampir semua jenis makanannya bercita rasa masam,"jelasnya.Itu pun berpengaruh pada pencernaan.Selain itu,cuaca di Thailand pun berbeda jauh dengan Indonesia.Cuaca di Thailand diakuinya sangat panas.Bahkan mungkin dua kali lipat lebih panas dari daerah terpanas di Indonesia sekalipun.
erin sendiri mendapatkan tempat mengajar pada sekolah Seangjariyatham Wittya School di Wiliyah Yala.
"Kami mengajar mahasiswa tingkat Mathium(setingkat SMP-SMA),"ujar mahasiswi Jurusan Ekonomi Akuntasi ini,Sekolah yang ditempati merupakan sekolah dengan ajaran Islam yang kuat.Seluruh siswa kebanyakan mngenakan pakaian tertutup dan bercadar.
Namun,dirinya mendapatkan pengalaman berkesan yakni bisa melihat secara langsung Putri ke-3 Raja Thailand,HRH Putri Maha Chakri Sirindhoro saat sedang melakukan kunjungan Kerajaan ke Sekolah Srifarida Kota Baru.
"Teman Saya magang disana dan mengundang menghadiri kunjungan Kerajaan tersebut di sekolahnya,"ucapnya.
Kesempatan emas itu tidak dilewatkan begitu saja.Pengawalan ketat pun mengiringi kedatangan putri Raja Thailand itu.
Di juga sempat merasakan pengalaman melaksanakan 1 bulan puasa dan berhari raya di Negeri Gajah Putih ini.
Salat Idul Fitri dilaksanakan bersama pun juga di Kantor Konsulat Republik Indonesia.Selepas Salat,haru pun menyelimuti kantor ini.Semua mahasiswa magang dan PPL mulai riuh menyalakan handphone-nya untuk menghubungi sanak kelurga di tanah air.(c1/hdi)
Sumber:Jawa Pos Radar Jember 23 Juli 2016
Ditulis kembali:AF
Tidak ada komentar:
Posting Komentar