Kalau Malam Ada Hujan, Saya Binging Tidur Dimana
Kemiskinan tampaknya masih menjadi klasik di Jember. Kendati pemerintah program perbaikan RTLH, tapi nyatanya, program itu belum memberi jalan keluar.ABDUS SYUKUR, Jember
SUDAH puluhan tahun nenek Misnaten ini tinggal seorang diri. Nenek 85 tahun ini menempati sebuah gubuk reyot berukuran kecil. Gubuk itupun dibangun hasil gotong-rotong warga sekitar.Lokasinya pun membuat siapa pun yang mengetahuinya mengelus dada. Yaitu diantara kebun-kebun pisang, di Dusun Darungan, Desa Lembengan, Kecamatan Ledokombo.
Saat ditemui Jawa Pos Radar Jember, Misnaten mengaku sejak ditinggal suaminya meninggal beberapa tahun silam dia tidak lagi memiliki tanah dan rumah untuk ditempatinya, karena urusan internal keluarga. Karena itulah, akhirnya banyak warga yang iba padanya dan suka rela membuatkan rumah untuknya.
Kondisi gubuk yang ditempati Misnaten juga sangat kecil dan memprihatinkan. Gubuk ini tanpa adanya perabotan rumah seperti umumnya. Hanya ada panci, gelas plastik serta bak yang biasa digunakan untuk memasak air minum.
"Saya tinggal sendirian dirumah ini. Suami saya sudah lama meninggal. Untuk sehari-hari (makan,Red) ya dari tetangga," kata Misnaten, kemarin (23/7).
Sesekali saja, nenek renta tersebut masak sendiri. Itu dilakukan jika ada warga sekitar yang memberinya beras ala kadarnya. Namun, seringkali warga yang prihatin langsung memberinya nasi yang sudah siap saji. Apabila sudah seperti itu, biasanya dia memasak lauk tahu atau tempe.
Karena sudah termakan usia, bangunan gubuk itu semakin hari semakin memprihatinkan. Bahkan setiap turun hujan dia mengaku selalu basah karena banyak atap yang bocor, apabila jika hujan di malam hari. Nenek yang tidak memiliki KTP tersebut akhirnya berteduh di bagian sudut gubuk yang hanya ada satu kursi plastik dan tempat tidur beralas tikar. "Kalau malam-malam ada hujan, bingung mau tidur dmana," tuturnya.
Sementara dia sudah tidak bisa bekerja lagi. Sehari-hari, hanya duduk dan sesekali terbaring di gubuknya itu. Itu dilakukan karena kondisi fisiknya yang sudah tidak lagi fit, sehingga sering sakt-sakitan.
Nenek Misnaten mengaku, tidak punya anak. Saat masih sehat, dia juga sempat bekerja sebagai seorang petani. "Waktu jadi petani, tidak punya anak. Setelah suami meninggal lama-lama saya tinggal sendirian," ungkapnya dengan nada melas.
Sementara Imam Hoironi, salah satu tetangga menyebut, sudah bertahun-tahun nenek Misnaten tinggal seorang diri. Ditambah lagi saat ini penglihatannya mengalami rabun. Sehingga kebutuhan sehari-harinya sang nenek hanya mengandalkan belas kasihan tetangganya.
Untuk itu, dirinya berharap pada pemerintah untuk berpatisipasi membantu nenek sebatangkara itu. Sebab rumah yang ditempatinya tidak layak huni. "Kondisi nenek Misnaten memprihatinkan, mari bersama-sama membantunya," ujarnya. (suk/hdi)
Sumber : Jawa Pos Radar Jember, 24 Juli 2016
disalin oleh : (er)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar