Petakan Potensi Semua Data Penting Bisa Diketahui
Sebagian
orang menganggap sistem informasi desa hanya berupa website yang berisi
informasi desa. Padahal, hal itu hanya salah satu komponen. Yang
terpenting dalam sistem informasi desa adalah dana yang menjadi acuan
pengembangan desa.
BAGUS SUPRIADI,
Jember
PETA tiga dimensi kantor Lembaga Penelitian dan Pengabdian masyarakat
(LP2M) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jember merupakan kawasan Dusun
Barat Sawah, Desa Rowosari, Sumberjambe. Dalam peta tersebut terlihat
daerah pemukiman warga, perkebunan, sawah, dan yang lainnya. Lahan
perkebunan, misalnya, ditandai pepohonan dan area persawahan diberi
warna hijau.
Namun, ketika melihat peta dusun.
Misalnya, jumlah penduduk, luas lahan pertanian dan perkebunan, serta
rumah warga lengkap dengan fotonya. "Ketika kita klik rumah yang diberi
tanda kuning, maka akan muncul nama pemiliknya," kata Nukman Hakim,
pengembang sistem informasi desa. Demikian pula ketika diklik kotak
warna merah, maka akan terlihat tanah petani yang sudah jadi milik orang
luar. Selain itu, banyak informasi lain yang tersedia di peta versi
digital tersebut.
Sistem informasi desa itu
dikembangkan seiring diberlakukannya Undang-Undang Desa.Tak Semua Kaddes
Siap Desanya Didata Sebab, selama ini selalu sistem informasi desa
selalu diterjemahkan hanya berupa website. "Uang isinya hanya tentang
desa dan kurang substansif," ucapnya.
Padahal, kata Nukman,
sistem informasi desa mencangkup banyak hal yang bisa menjadi data utama
kemajuan desa. Karena, potensi desa sudah dipetakan, misal daerah yang
rentan bencana atau penyakit bisa ditemukan.
Untuk itulah, tim
dari LP2M mencoba mengembangkan sistem informasi desa di dusun barat
sawah. Mereka melakukan pendataan dusun dengan mengukur ulang l;uas
dusun tersebut. "Jadi kami keliling dusun untuk mengukurnya melalui
GPS," tuturnya.
Desa Rowosari dipilih karena selalu ditempati
kegiatan IAIN Jember. Kedekatan dengan warga sekitar dan perangkat sudah
terbangun. Sehingga memudahkan mereka untuk melakukan koordinasi.
Selesai mengukur denah, mereka mulai melakukan survei. Yakni meneliti
semua potensi dusun. Caranya dengan meminta masyarakat mengisi kolom
yang di sediakan. Seperti kolom pekerjaan, penghasilan, pengeluaran, dan
dan lainnya. "Semua masuk dalam penelitian itu, mulai dari kesehatan,
pendidikan, ekonomi dan lainnya," terangnya.
Diakuinya, tak
mudah melakukan proses penelitian isi sistem informasi desa. Karena
harus mampu meyakinkan masyarakat sekitar, terutama perangkat desa.
"Tidak semua aparatur desa mau didata desanya," aku Nukman.
Hasil daripenelitian itulah yang akan dijadikan data di sistem informasi
desa. Salah satu hasil yang diperoleh, banyak tanah di dusun barat
sawah dimiliki oleh orang luar. Kemudian, anggaran kebutuhan primer
warga lebih tinggi dari kebutuhan pokok. Misalnya, belanja pulsa
masyarakat lebih banyak daripada belanja beras.
Menariknya,
setelah di launching, masyarakat baru mengetahui jika banyak informasi
penting tentang desanya yang tidak diketahui. Misalnya, tentang tanah
yang semakin habis atau hasil panen yang selalu tidak cukup dengan
kebutuhan.
Sementara itu, Kepala LP2M IAIN Jember Muhibin
menambahkan, desa saat ini masih rapuh. Sebab, tidak ada regulasi yang
melindunginya. Tak heran, jika banyak tanah di desa yang dimiliki oleh
orangluar. "Kalau sistem informasi desa ini diterapkan, masyarakat akan
sadar tentang potensi desa masing-masing," paparnya.
Dia
menyebut istilah yang dipakai dalam pengembangan sistem informasi desa
ini dengan socialware. Yakni, kesadaran masyarakat tentang potensi
desanya sendiri. Karena, jika semua potensi sudah dipetankan, hal itu
akan membantu warga sekitar dan pemerintah kabupaten.
Diakuinya, LP2M IAIN Jember bakal terya melakukan pengembangan sistem
informasi desa. NAmun, kendala yang dihadapi untuk meyakinkan masyarakat
dan aparat desa tentang hal itu. Sehingga, masih fokus di dusun lain di
Desa Rowosari. "Idealnya, satu desa bisa dilakukannya selam tiga
bulan," ujarnya.
Muhibbudin menambahkan, jika semua desa
memiliki sistem informasi desa yang lengkap, desa akan mandiri dan
berkembang. "Selama ini tidak ada desa yang memiliki data lengkap
tentang potensinya," pungkasnya.
(c1/har)
Sumber : Jawa Pos - Radar Jember,20 Juni 2016
Ditulis kembali oleh : nbl