Garap Pasar Lokal, Punya Puluhan Loper
Membidik pasar yang terus membesar, peternak sapi perah di Jember kini makin bersemangat mengembangkan produksi susu sapi. Pasar lokal tidak kalah menariknya dibandingkan kontrak dengan pabrik susu. HARI SETIAWAN,JemberSEBUAH pikal L-300 masuk sebuah gang di Desa/ Kecamatan Ajung. Pikap tersebut memuat ampas edamame dari pabrik PT Mitra Tani 27 di Jubung, Sukorambi. Setelah melalui celah sempit di samping kandang sapi perah, muatan itu dibongkar oleh beberapa pekerja peternakan.
Selanjutnya, ampas edamame itu ditampung di bak penampungan. Sebelumnya, akhirnya dituang ke bak-bak pakan sapi perah yang ada di kandang milik Nyoman Ariwibowo itu."Jember ini sangat potensial untuk dikembangkan sapi perah,"katanya, dalam sebuah kesempatan, belum lama ini.
Sebagai sentra pertanian, Jember memiliki peluang besar untuk mengembangkan sapi perah. Sebab, kunci utama suksesnya pengembangan sapi perah adalah besarnya sumber pakan."Baik pakan hijauan, konsentrat, ampas edamame, ampas kopi, bekatul, semuanya ada banyak jumlahnya,"ujarnya.
Untuk perbandingan, di Kecamatan Grati, Pasuruan, yang tanahnya kering dan tandus saja, peternakan sapi perah tumbuh pesat di sana. Jumlah populasi sapi perah di Grati mencapai ribuan ekor,Apalagi, Jember yang daerahnya subur dan pertaniannya cukup maju, sudah selayaknya bisa mengembangkan sapi perah lebih besar lagi.
Mengenai pasar, pria yang juga pengurus Koperasi Galur Murni itu, dia tidak khawatir. Koperasi Galur Murni sebenarnya pada 2012 pernah menjalin kontrak penjualan dengan PT Nestle, perusahaan multinasional yang dikenal sebagai produsen olahan susu dan produk turunannya.
Keuntungan Peternak Lebih Tinggi daripada Kontrak
Oleh Nestle, susu sapi murni dari peternak dibeli Rp 5.000 per liter. Tetapi, seiring perjalanan waktu, peternakan yang menjadi anggota koperasi mengirim susu ke Nestle melalui pihak lain. Kini peternak lebih bergairah menggarap pasar lokal yang tak kalah menarik untungnya.Nyoman menyebut, ada untung rugi ketika peternak bekerjasama dengan pabrik susu. Keuntungannya, peternakan mendapat jaminan pembelian dan sudah ada kepastian pasar yang menampung susunya. Tetapi, peternak tidak bisa mendapatkan keuntungan lebih di luar kontrak.
Sedangkan ketika menjual susunya ke pasar lokal, peternak memang tidak menjamin susunya pasti terbeli. Tetapi, keuntungan yang diterima peternak lebih tinggi daripada kontrak."Kalau jual ke loper (sebutan sales susu, Red), peternak bisa menjual Rp 6.500 per liter,"ungkapnya.
Saat ini produksi susu segar dari anggota Koperasi Galur Murni sekitar 1.200 liter per hari. Sebagian produksi dijual ke pabrik susu, tetapi sekitar 400 liter di antaranya dijual ke pasar lokal."Seiring maraknya warung STMJ (susu telus madu jahe, Red) maupun kafe yang menjual minuman susu segar, pasar lokal ini semakin besar,"kata pria yang juga dikenal sebagai motivator ini.
Ke depan, Koperasi Galur Murni akan meningkatkan daya saing produk anggotanya dengan mengenjot sektor hilir."Sebagai produk susu kami sudah diolah menjadi susu segar kemasan atau yogurt,"pungkasnya.(cl/hdi)
Sumber:Jawa Pos Radar Jember,19 Juli 2016
disalin kembali oleh: JSR
Alamat Koperasi Galur Murni dimana ya?
BalasHapus