Untuk Salat Jumat Harus Naik kapal Satu Jam
Bintang Islamy beruntung bisa mengikuti Ekspedisi Bhakti PMK(Pembangunan Manusia dan Kebudayaan).Dalam ekspedisi itu,bersama ratusan peserta,dia singgah di beberapa pulau terluar,terpencil,dan tertinggal di Indonesia Timur.HARI SETIAWAN,Jember
BERANGKAT mengikuti Ekspedisi Bhakti PMK 2016,Bintang tak memiliki gambaran banyak mengenai daerah-daerah yang dia kunjungi.Dia berangkat dari Pelabuhan Tanjung Priok bersama 120-an peserta ekspedisi yang diangkut dengan KRI Banda Aceh milik TNI AL.Ratusan peserta ekspedisi yang diselenggarakan Kementrian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan(PMK)itu berasal dari berbagai latar belakang profesi.Bintang yang tercatat sebagai delegasi relawan Rumah Zakat(RZ),peserta lainnya ada yang berasal dari Pramuka,beberapa lembaga sosial,LSM,kementrian,BUMN,maupun perusahaan,swasta.Semua berangkat dengan komputer tensinya masing-masing.Ekspedisi yang berlangsung dari 30 April sampai 29 Mei 2016 itu dimaksudkan untuk memberikan stimulasi kesejahteraan bagi rakyat Indonesia yang tinggal di pulau 3T(terluar,tertinggal,dan terpencil)
Mengaku Dapat banyak pengalaman Hidup
"Di masing-masing pulau itu,peserta ekspedisi dengan berbagai latar belakangnnya melakukan kegiatan yang revelan dengan lembaganya,"uangkap Bintang.RZ misalnya,membagikan paket bantuan alat sekolah,tempat makan dan minum,mukena,serta kornet daging kurban.Lalu,dari Bank Indonesia(BI)melakukan penukaran uang rusak,pramuka melakukan pengajaran dan outbond ke pelajar,dan sebagainya."Masing-masing lembaga punya bidang garap.Yang pramuka berarti ke sekolah-sekolah,yang kristen ke gereja,"ujarnya.Dari Tanjung Priok,tujuan pertama ekspedisi adalah Bajo Pulau,Kabupaten Bima,Nusa Tenggara Barat(NTB).Lalu,ke timur menuju Pulau Wetar,yang berada di utara Timor Leste.Tetapi,Pulau Wetar ini masuk wilayah Kabupaten Maluku Barat Daya.Setelah dua hari di Pulau wetar,ekspedisi dilanjutkan ke Pulau Saumlaki,ibu kota Kabupaten Maluku Tenggara Barat.Karena Saumlaki ibu kota Kabupaten yang masih relatif maju,bantuan dari para peserta ekspedisi dikirim ke Pulau Metakus dan Selaru."Masih naik kapal selama satu jam dari Pulau Saumlaki,"kata Bintang.Kemudian,tujuan terakhir adalah ke Kabupaten Kaimana,Papua.Di Papua ini,peserta ekspedisi singgah enam hari.Mereka singgah paling lama di Papua karena sekaligus penutupan Ekspedisi Bhakti PMK 2016 dan Ekspedisi NKRI yang dilakukan oleh Menko PMK Puan Maharani."Di Kaimana itu penutupan sekaligus upacara peringatan Hari Kebangkitan Nasional,'unagkap pria yang juga mahasiswa Sastra Inggris Fakultas Ilmu Budaya Universitas Jember Ini.Dari perjalanannya ke Indonesia Timur selama sebulan penuh,Bintang mengaku mendapat banyak pengalaman hidup yang tak terlupakan.Jika selama ini dia melihat Pulau Jawa serba enak,ternyata masih banyak daerah lain di Indonesia yang masih terbelakang."Indonesia bukan cuma Pulau Jawa,"akunya.Di pulau-pulau itu,Bintang melihat semua fasilitas serba terbatas.Di Bajo Pulau,air untuk konsumsi rumah tangga pun harus beli.Di Pulau Wetar,misalnya,muslim di sana hanya memiliki musala reyot,yang mengajar ngaji para anggota TNI yang muslim yang berdinas di salah satu pulau terluar itu.Kondisi yang sama juga terdapat di Pulau Selaru.Di pulau tersebut tidak ada masjid.Untuk salat Jumat saja,harus menyebrang ke Pulau Sumlaki dengan naik kapal selama satu jam."Di Pulau Wetar tidak ada sinyal HP Indonesia.Yang ada malah operator ponsel dari Timor Leste.Sebab,lebih dekat ke Timor Leste dari pada ke Maluku Barat Daya.Ke ibu kota kabupaten harus naik kapal seharian,"tutur mahasiswa asli Bondowoso ini.Soal biaya hidup,masyarakat yang tinggal di pulau-pulau terpencil harus menanggung beban yang berat.Selinter bensin di Pulau Wetar dan Sumlaki bisa Rp 16.000.Apalagi di Wetar,tidak ada SPBU sama sekali.Kalu di Jawa BBM naik sedikit demo,masyarakat di pulau terpencil sudah biasa."Bajo pulau itu kecil dan tidak ada pepohonan.Semua garsang,rumah dan toko dari papan.Sebelumnya ada kebakaran,satu kompleks ruko dari papan habis tak bersisa,"katanya.Hampir sebulan melakukan ekspedisi,Bintang mendapat pengalaman berkesan ketika berkenalan dengan perempuan bernama Bu Nur di Wetar.Di pulau tersebut,jumlah muslim minirotas."Disana memang aman.Tetapi,musala reyot.Setiap Idul Fitri habis salat Id pasti menangis.Beliau i i janda,suaminya meninggal yang dulu mengajar ngaji di musala tersebut,"paparnya.Pengalaman berkesan lainnya adalah saat dirinya didapuk azan salat duhur di Kaimana,Papua."Waktu itu saya diminta azan,biar ada kemenangan katanya.Alhamdulillah,bisa digunakan azan di Pulau paling timur Indonesia,"tandasnya.(C1/hdi)
Sumber:Jawa Pos Radar Jember 16 juni 2016
Ditulis kembali: (AF)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar