Laku Keras di Luar Kota tapi Minim Peminat di Jember
Tak banyak yang mengetahui kerajinan daur ulang berbentuk scrap. Di Jember saja, kerajinan ini terbisang masih sepi peminat. Namun rupanya di balik tingkat kesulitannta yang tinggi, nilai jualnya pun bisa mencpi jutaan rupiah.
LINTANG ANIS BENA K,Jember
SCRAP adalah salah satu jenis kesenian menempel ornamen-ornamen daur ulang pada sebuah media. Biasanya, ornamen yang paling sering digunakan berupa potongan kertas atau kain yang sudah tidak digunakan lagi. Sementara media yang digunakan juga beragam, mulai dari buku, kertas, kartu, undangan, hingga gambar yang dimasukkan dalam sebuah bingkai atau frame.Di beberapa kota besar seperti Jakarta dan Surabaya, kerajinan scrap sudah banyak dikenal di berbagai kalangan. Kebanyakan orang-orang memilih scrap sebagai hadia untuk sahabat, dan menampilkan foto-foto yang bisa menjadi kenang-kenangan mereka. "Bentuknya bisa scrapbook, scrapframe, atau screpcard," tutur Valkrisda Caresti Botha, salah satu pengusaha scrapbook di Jember.
Scrap0book merupakan kerajinan scrap yang ditempel di sebuah buku, sementara scrapframe ditata dalam sebuah bingkai kaca, dan scrapcard ditata di sebuah kartu. Biasanya gadis yang akrab disapa Ias ini membutuhkan waktu sekitar satu hingga dua minggu untuk menyelesaikan satu karyanya.
Kisah kegemaran pada kerajinan scrap berawal sejak duduk di bangku SMP. Kala itu, dirinya bingung mencari hadia yang tepat untuk ulang tahun sahbatnya. "Kemudian iseng baca-baca majalah, lihat kalau di luar kota ternyata ada kesenian scrapbook ini," ujarnya.
Dari sana Ias tertantang untuk mencoba melakukan karya serupa. Tak disangka, ini membuatnya cukup ketagihan menata dan mendesain karya yang terbilang baru di Jember tersebut.
"Kemudian hadiah sahabat saya itu dilihat teman-teman lain, dan mereka juga menganggap scrapframe itu sangat unik.," lanjut Ias.
Saat itu, Ias sama sekali tak berpikir akan menjadikan hobinya sebagai kegiatan komersil. Jika ada teman yang memintanya membuat scrapbook, tanpa pikir panjan gadis berambut panjang ini menerimannya. "Ternyata banyak juga yang minat, jadi kenapa nggak sekalian saja dikomersialkan dan dijadikan bisnis," katanya.
Ide tersebut ternyata cukup membawa omset yang menjanjikan. Bayangkan saja, satu scrapframe bisa bernilai hingga jutaan rupiah.
"Tentunya berdasarkan ukuran. Kalau yang kecil, kisaran harganya sekitar Rp 200 hingga 300 ribuan. Kemudian untuk scrapbook sekitar Rp 500 ribu hingga Rp 1,5 jutaan," akunya.
Gadis kelahiran 14 September 1996 ini menggunakan bahan yang cukup sering ditemukan di sekitarnya. Seperti potongan kain, potongan kertas, dan potongan renda. Untuk bahan yang dult ditemui, dia rela singgah di Surabaya untuk mencari beberapa bahan.
"Soalnya di Jember masih jarang banget toko yang menyediakan berbagai perlengkapan scrap, sedangkan di Surabaya dan Jakarta sudah ada toko khusus," akunya.
Namun selama masih bisa dikerjakan sendiri, sebisa mungkin Ias mencoba menciptakan ornamen self made yang bisa dibuat sendiri.
"Kalau ada bahan-bahan yang susah dicari dan nggak sempat cari ke luar kota, saya mencoba cati gambarnya di internet. Kemudian dicetak dan dipotong sendiri, kemudian dirangkai di atas scrap," ungkapnya.
Las mengungkapkan, peluang bisnis ini sangat besar. Di Jember saja bisnis scrap memang masih belum booming. Karena itu dirinya sangat yakin peluangnya besar.
"Namun tantangan di bisnis ini cukup sulit karena bisnis ini lebih pada gaya hidup orang kota-kota besar," ujarnya.
Membuat sebuah kerajianan scrap, menurutnya, membutuhkan kreativitas, ketelitian, dan ketelatenan yang sangat tinggi. Inilah yang membuat hasil scrap tersebut bernilai sangat mahal. Meski begitu,pelanggan Las susah sampai ke luar kota,bahkan luar pulau. Bahkan scrapframe miliknya pernah di-endorse oleh Donnie ADA Band, salah satu penyanyi pop Indonesia.
"Perkembangan scrap di luar Jember sangat pesat. Orang sudah paham scrap mengandung nilai seni artistik yang sngat tinggi, dan sebanding dengan harganya.
Sementara di Jember baru di pandang sebelah mata dan dianggap terlalu mahal, padahal untuk mengerjakannya memerlukan ide dan kreativitas," papar alumnus SMAK Santo Paulus Jember ini.
Kesulitan lain yang kerap Ias hadapi adalah pada saat pengiriman barang, terutama dalam bentuk scrapframe. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, scrapframe dirangkai di dalam sebuah bingkai berbahan dasar kaca yang tentunya sangat mudah pecah. Untuk itu, setiap kali pengiriman, Las membungkus scrapframe nya dengan bubble warp.
Meski begitu, Las termasuk beruntung karena hingga saat ini keluhan akan penerimaan barang yang pecah hampir belum pernah dia terima. Kalaupun ada, Las bersedia menggantinya asal kerusakan tersebut bukan karena kesalahan dalam proses pengiriman. "Pernah ada yang komplain barang datang dengan kkondisi bubble warp yang sudah dipotong. Artinya, kesalahan bukan pada proses pengiriman, tapi ada oknum yang sudah melakukan pengrusakan," tegasnya.
Hingga saat ini ada saja pesanan kerajinan scrap yang dia dapatkan. Minimal dalam satu bulan terdapat dua hingga pesanan yang masuk. "Lumayan buat nambah uang saku," selorohnya. (c1/hdi)
Sumber : Jawa Pos Radar Jember, 29 Juni 2016
disalin oleh : (er)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar