Pagi Salat Idul Fitri Sore Langsung Latihan Keras
Perhelatan POPDA Jawa Timur di Jember kurang dua bulan lagi. Selama itu, berbagai persiapan telah dilakukan oleh para atlet yang akan menjadi punggawa Jember. Salah satunya dilakukan oleh Geovani, atlet yang digadang-gadang menjadi ujung tombak cabor tenis meja.LINTANG ANIS BENA K, Jember
SEKOLAH, latihan dan les adalah aktivitas yang sudah biasa dilakukan oleh Geovani, siswa kelas XII SMAN 1 Kencong. Setiap hari, rangkaian tersebut selalu dia lakukan tanpa sedikitpun merasa bosan atau lelah. Maklum saja, remaja yang akrab disapa Geo ini tak ingin sekolahnya keteteran akibat kegiatannya sebagai atlet.Geovani menjadi salah satu atlet andalan Jember yang dipersiapkan untuk menjadi ujung tombak di cabang olahraga tenis meja. Bersama lima atlet lainnya, mereka akan berlaga pada perhelatan Pekan Olahraga Pelajar Daerah (Popda) Jawa Timur yang akan dimulai awal September mendatang.
Targetnya pun tak main-main. Sebagai tuan rumah. Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PTMSI) Jember ingin seluruh atletnya membawa pulang mendali sebanyak-banyaknya.
Karena itu Geovani sama sekali tidak bersantai. "Selama bulan Ramadan lalu, latihan juga tetap jalan," terangnya.
Bahkan, ketika hari raya Idul Fitri kemarin, Geo juga tidak lantas meninggalkan sesi latihannya. Usai berkunjung ke tempat keluarga besar dan merayakan Lebaran, dia langsung berlatih di hari yang sama. "Jadi pagi ikut salat Idul Fitri, sorenya latihan," ujar sembari tertawa.
Biasanya, usai pulang sekolah, Geo akan beristirahat selama setengah jam sebelum mulai latihan hingga petang. Kemudian dilanjutkan dengan les, agar pelajarannya masih tetap bisa terkejar. Sedangkan di hari Minggu biasanya Geo berlatih dari pagi hingga sore bersama rekan-rekan satu klubnya.
Walau begini dirinya sama sekali takmerasakan bosan ataupun lelah menjalani aktivitas rutinnya. Justru jika Gewo tak ikut latihan, dia malah bingung dan tak enak. "Karena sudah terbiasa, kalau nggak latihan malah gatal pengen namplek," candanya.
Sulung dari dua bersaudara ini sudah cukup lama memusatkan fokusnya pada cabor tenis meja. Sejak kelas enam SD, dirinya sudah dikenalkan pada olah raga yang menggunakan raket kayu berlapis karet tersebut. "Kebetulan ayah saya juga seorang atlet tenis meja, tapi sekarang sudah tidak terlalu aktif," tutur Geo.
Lahir dari keluarga pecinta tenis meja, tidak heran jika putra pasangan Agus Winarno dan Anita Karlina ini semakin getol mempelajari olahraga tersebut. Sekarang pun sang adik juga sudah memperlihatkan potensinya di bidang olahraga yang sama. "Tapi yang ngelatih bukan saya, kalau saya nggak telaten ngajarin orang," katanya malu-malu.
Jangan tanya apa saja prestasi yang sudah dia peroleh selama lebih dari enam tahun aktif di dunia tenis meja. Sederet trofi dan medali sudah bertengger manis di rumahnya. Dirinya juga sering menjadi atlet di kejuaraan seperti Popda, Pekan Olahraga Provinsi (Porprov), dan Olimpiade Olahraga Siswa Nasional (O2SN). "Turnamen terakhir di divisi VI se-Jawa Bali, seklitar bulan Maret lalu di PTM Anugrah Kencong. Namun saya hanya mendapat juara dua," akunya.
Resminya, Geo merupakan atlet yang kerap berlaga di turnamen divisi VI. Namun melihat kompetisinya yang semakin meningkat, kini remaja kelahiran 10 Agustus 1999 ini bisa naik tingkat ke Divisi V. "Ketentuannya semakin tinggi kemampuan atlet, maka dia harus bertanding di divisi yang juga lebih tinggi," tutur Geo.
Berlaga sejak duduk di bangku sekolah dasar. Geo sudah sering bertemu dengan lawan dari berbagai daerah dengan berbagai kelebihan. Namun baginya yang cukup berat adalah atlet tenis meja yang bermain left-hand atau kidal. Sebab, ujar dia, penempatan bola mereka kerap tidak terdeteksi.
Salah satunya adalah Wildan, atlet asal Bondowoso yang sering dia temui di turnamen tenis meja tingkat daerah. Wildan merupakan salah satu pemain tenis meja kidal. "Kalau sama-sama tangan kanan, strateginya masih bisa terbaca. Tapi kalau sudah melawan pemain kidal seperti Wildan, susah baca strateginya. Kadang kita kira penempatan bolanya di titik mana, tapi ternyata ditempatkannya di mana," papar Geo.
Di sanalah Geo merasa tertantang untuk mencari tahu seberapa besar kemampuannya ketika melawan pemain kidal. Sebagai pemain right-hand atau tangan kanan, Geo sudah terbiasa melakukan servis dan memegang bed dengan tangan kanannya. "Tidak ada aturan resmi seorang pemain menggunakan tangan kanan atau kiri, tapi kalau diubah-ubah nanti pemainnya bisa kacau," tandasnya.
Jelang pelaksanaan popda, Geo tak mau melakukan persiapan setengah-setengah. Usai Leberan, dirinya langsung menjalani latihan intensif. "Sekarang sudah mulai intensif lagi setelah sebelumnya rehat," pungkasnya. (c1/hdi)
Sumber : Jawa Pos Radar Jember, 14 Juli 2016
disalin oleh: (er)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar