Kamis, 16 Februari 2017

Mahasiswa FK Unej Teliti Manfaat Tanaman Rami


Pencegah Penyakit Jantung pada Perempuan Menopause

Tak banyak yang meneliti bahwa serat tanaman rami bisa menjadi obat penyakit jantung. Mahasiswa Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Jember (Unej) mampu membuktikan manfaatnya.


BAGUS SUPRIADI,Jember

DI Laboratorium Biokimia FK Unej lima mahasiswa sedang "khusuyuk" di depan laptop. Mereka sedang menyelesaikan laporan penelitian yang mereka lakukan sejak April 2016. Kelima calon dokter itun adalah Hazmi Dwinanda Nurqistan, Imama Rasyada, Ni Nyoman Yuniasih, Annafira Yuniar, dan Rakhmat Ramadhani.

Setiap harinya, para mahasiswa itu sibuk mengembangkan penelitian tentang Pemenfaatan Ekstrak Rami sebagai Agen Estrogenik untuk Prevensi Aterosklerosis pada Tikus yang Diovariektomi. "Biasanya serat tanaman rami dipakai untuk goni," kata Hazmi Dwinanda Nurqistan pada Jawa Pos Radar Jember.

Hazmi menjelaskan, memilih tanaman rami sebagai objek penelitian karena masih sedikit yang mengembangkannya. Sehingga, ketika membaca berbagai literatur, mereka tertarik untuk mencari manfaatnya. "Serat rami disebutkan mengandung fitoestrogen yakni senyawa mirip estrogen," tambahnya.

Kandungan tersebut, kata dia, bisa menjadi pencegah bagi perempuan yang sedang menopause terkena penyakit jantung. Sebab, wanita yang mengalami menopause, estrogennya turun dan berpotensi terkena serangan jantung. "Ketika menopause, potensi perempuan terkena jantung hampir sama dengan laki-laki," terangnya.

Untuk mencegah dampak dari menopause harus dilakukan pemberian pengganti hormon sebagai pencegahnya.

Diuji Coba pada 36 Tikus Putih Wistar

"Untuk itu, kami mencari bahan yang bisa mengatasi hal itu, yakni meneliti tanaman rami yang punya senyawa esktrogenik," jelasnya.

Biasanya, tanaman tersebut dimanfaatkan untuk vaksin hepatitis atau industri pertanian. Sehingga, para mahasiswa itu mencoba meneliti sisi lain dari tanaman rami. "Setelah mendapat persetujuan dari komisi etik FK, kami mulai melakukan penelitian," terangnya.

Untuk melakukan penelitian itu, mereka memilih tikus putih wistar sebagai uji coba. Ada 36 tikus putih yang mereka beli di laboratorium FK Universitas Brawijaya Malang. Sedangkan tanaman Rami dibeli di Balai Penelitian Tanaman Serat Malang.

Hazmi mengaku, percobaan pada tikus itu membutuhkan tenaga yang ekstra. Selain merawat tikus, mereka juga harus selalu menjaga kondidi dan kebersihan kandang. Dalam penelitian ini, tikus dibedah dan diambil ovariumnya agar didapat kondisi seperti wanita menopause, meskipun ada yang mati ketika dilakukan pembedahan. "Ada yang meninggal karena mengalami perdarahan," ujarnya.

Selain dibedah, lalu tikus diindukasi ekstrak rami. Ekstrak tersebut diberikan pada tikus putih setiap hari selama 21 hari. Setelah itu, pengaruh ekstrak etanol rami tersebut bisa dikatahui melalui pengukuran kolesterol serum, pengecekan, dan penimbangan bobot uterus.

Ternyata, kata dia, tikus yang diberi ekstrak etanol rami, memiliki kolesterol yang rendah dibanding yang tidak menggunakan. Selain itu, jumlah sel busa yang bisa membuat penyakit jantung, lebih berkurang dibanding yang tidak diberikan ekstrak etanol rami.

Kendati hasilnya sudah diketahui, namun mereka tetap mengembangkan penelitian tersebut. Karena agar bisa menjadi obat, perlu penelitian lanjutan yang lebih lama dan membutuhkan proses cukup panjang.

Penelitian yang dilakukan itu merupakan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Bahkan, diantara 54 proposal PKM yang berasal dari Fakultas Kedokteran Universitas Jember yang dikirim ke Dikti, penelitian tersebut lolos seleksi bersama 12 peserta lainnya. "Nanti ini akan diseleksi untuk ikut Pekan Ilmiah Nasional (Pimnas)," tandasnya.(c1/har)

Sumber : Jawa Pos Radar Jember, 27 Juni 2016
disalin oleh :(er)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar