Senin, 06 Februari 2017

Ahmad Saifudin Zuhri, Pencipta Lagu-lagu Religi di Jember


Rekam Lagu Lewat Ponsel, Sempat Rilis Lagu di Yautobe

Ternyata Jember memiliki satu pencipta dan penyanyi religi. Dia adalah Ahmad Saifudin Zuhri. Sebagai musisi muda piluhan lagu ciptaannya sudah banyak beredar, meski masih sebtas indie label.

LINTANG ANIS BENA, Jember

Melihat sosoknya yang sedrhana dan bersahaja, tak banyak orang yang mengetahui Ahmad Saifudin Zuhri merupakan seorang pencipta lagu. Dari tangannya sudah muncul puluhan lagu religi yang banyak didengar masyarakat Jember dan sekitarnya. Meskipun belum sampai ke ranah musik nusantara, vokalis kelahiran 26 Februari 1986 ini sudah menuliskan lebih dari 50 lagu.


UNiknya, pria yang akrab disapa Ipoe ini kenal sebagi seorang keturunan kiai. Banyak propaganda miring dari kalangan masyarakat yang memandang rendah profesi Ipoe sebagai pencipta lagu. "Katanya cucunya kiai kok belajar nyanyi, harusnya ya belajar agama," tuturnya sembari tersenyum.

Hobinya dalam bidang musik berawal semenjak dirinya menyaksikan seseorang tengah menyanyikan lagu sembari memetik dawai gitar. Ditamabah lagi kepiawaian adik dan kakaknya dalam mengulik senar gitar di tangan mereka.

Sempat Ditawar Untuk Bisa Rilis Di Jakarta

"Sementara saya dari kecil nggak bisa-bisa," kenang Ipoe. Karena penasaran, Ipoe belajar bermain gitar bersama adiknya. Setiap hari mulai jam 15:oo sore dia mencoba menghafal apa yang pernah dimainkan oleh sang adik. "Mainnya sendirian di rumah, karena saat itu saya jarang berkumpul dengan musisi ataupun seniman," lanjutnya.

Berbekal sebuah gitar, dirinya mendapat dukungan positif dari teman-temannya. Hal tersebut membuat niatnya untuk terjun ke dunia musisi semakin besar. Mulailah dia bergabung dengan grup musik bernama Barata Yudha. Walau masih dalam taraf belajar, Ipoe sudah dipercaya memegang posisi melodi. Ipoe juga mulai mengenal berbagai jenis lagu, khususnya lagu-lagu band rock tahun 1990-an seperti Godbless dan Gong 2000.

Bosan dengan gitar melodi, putra dari Drs M Syaroni dan Inayati ini beralih mempelajari gitar akustik dengan menggunakan tiga jari. Materi yang dia pelajari membuatnya berubah haluan, dari jenis musik keras seperti Godbless menjadi melankolis dan dramatis. "Kala itu saya juga sedang bosan dengan lagu-lagu artis papan atas karena beberapa faktor, sperti kunci atau  chord susah dan vokal yang tidak sewarna dengan vocalku," tuturnya.

Akhirnya Ipoe mencoba mengarang deretan kalimat tanpa mempedulikan makna yang terkandung dalam lagu tersebut. Baginya saat itu, yang penting enak didengar di telinganya dan bisa diiringi dengan gitar akustik. "Tak jarang orang disekitar saya menganggap remeh lirik lagu yang saat itu saya ciptakan, namun saya tidak terlalu peduli," lanjut Ipoe. Nah dari sinilah, dia muncul sebagai pencipta lagu.

Tapi cemoohan mereka tak terbukti. salah satu personel band yang sempat aktif di ibukota mengetahui naskah lagu yang pernah dia ciptakan, dia siap membawanya ke label nasional. Tawaran pun datang, namun Ipoe tak bisa memberikan jawaban tegas. "Apalagi mafia musik Jakarta waktu itu merajalela, jadi saya nggak berani," katanya.

Akhirnya Ipoe hanya berani tampil didepan orang banyak dengan bergabung sebagi penyanyi Jember. Satu demi satu, personel lain dia kumpulkan hingga membentuk sebuah band baru bartajuk Lantera. Mareka sempat merilis satu single relisi berjudul Istiqomah, lengkap dengan video klipnya." Lagu itu laris di stasiun televisi dan radio lokal Jember. Videonya ditanyangkan di situs peramban video terkenal," kenangnya.

Meski begitu, perjalanan Lentera tak sepenuhnya lancar. Memilih vakum dari Lentera, Ipoe disibukkan dengan aktivitasnya sebagai penyanyi solo. Selama itu juga menciptakan tak kurang dari 50 lagu religi Islami. Berkat karya itu saya sempat bertemu dan belajar banyak dari Ustad Ainurrofiq atau dikenal Opick. Bahkan sempat ditawar untuk rilis di Jakarta," tutunya. Namun sekali lagi Ipoe menolak tawaran tersebut dengan dalih belum ada kesempatan.

Soal Keahlian menciptakan lagu, menurutnya, cukup unik. Jika di suatu tempat tiba-tiba dia mendapatkan inspirasi, dia kan berhenti di pinggir jalan dan merekam suaranya sendiri melalui ponsel miliknya. Kemudian sesampainya di rumah, Ipoe menuliskan lirik dan nada yang tadi muncul dalam pikirannya hingga membentuk sebuah materi lagu yang utuh dan sempurna. Baru kemudian diolah studio musik milik rekannya.

Hanya saja, saat ini Ipoe masih cukup kesulitan memasarkan lagu-lagu ciptannya. Selama ini dirinya hanya memperdengarkan karyanya di beberapa instansi ketika dirinya diundang tampil, seperti di sekolah-sekolah atau instansi lainnya. "Dalam mengolah lagu pun saya bergantung pada sound engineer studio, sebab saya masih belum punya tim manajemen sendiri," keluhnya.

Baginya, saat ini bakat yang dia miliki hanya sekedar bakat terpendam saja. seiring perjalannya, pria yang berprofesi sebgai guru itu juga mengajarkan musik kepada teman-teman dan murid di tempatnya mengajar. "saya lebih senang jika bisa membantu orang lain bermusik dan melakukan kegiatan seni," ungkapnya. (c1/hdi)


Sumber : Jawa Pos Radar Jember 10 Juni 2016
Ditulis Oleh : (IS)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar